Salon Foto Indonesia ke-35
Medan, 24 - 26 Oktober 2014
Tentang Salonfoto Indonesia
Ajang Salonfoto lebih kepada pencarian gelar/pengakuan dari
sesama kolega dalam lingkup fotografer baik itu domestik maupun internasional,
tak ubah layaknya pencarian prestasi misal seperti di dunia musik dalam ajang
Grammy Award atau di dunia film dalam ajang Academy Award dengan Piala
Oscar-nya yang selalu diminati oleh insan perfilman.
Dengan memperoleh serta menambah gelar/prestasi dalam
mengikuti salon, dapat dikatakan prestasi tersebut merupakan sebuah pencapaian
tersendiri sepanjang karir seorang fotografer. Berbeda halnya dengan kompetisi
foto yang berbau komersil, tidak ada gelar atau pengakuan yang bersifat seumur
hidup (lifetime recognition) jika kita berprestasi dalam
perSalonfotoan/kompetisi tersebut.
Hal tersebut yang membuat Salonfoto tetap hidup dan digemari
oleh kalangan fotografer amatir yang acap kali menggabungkan dirinya kedalam
sebuah klub foto dan berkomunitas didalamnya. “Tak kenal maka tak sayang”, ujar
pepatah, maka dalam ulasan ini dihadirkan “selayang pandang” tentang Salonfoto
dan perkembangannya.
Apa itu Salon?
Mendefinisikan kata salon itu sendiri tidak dapat dilepaskan
dari sejarah panjang kebudayaan bangsa Perancis. Secara etimologi dalam Bahasa
Perancis “salon” diartikan sebagai “ruangan yang besar tempat orang berkumpul”.
Definisi salon ini bergeser menjadi “pertemuan/gathering” di akhir abad ke-17
ketika kaum intelektual, politikus, seniman dan kaum borjuis sering mengadakan
jamuan dalam pertemuan-pertemuan klub ketika membahas tema-tema politik,
sastra, seni dan gaya hidup.
Lantas dalam perkembangannya dalam dunia seni, untuk pertama
kali pada tahun 1648 di Perancis kata Salon dipakai dalam acara pameran seni
lukis dan patung yaitu, Salon d’Appollon atau lebih dikenal dengan nama Salon
De Paris yang diselenggarakan oleh Royal Academie of Painting and Sculpture di
Louvre, Perancis. Pada saat itu salon identik dengan nuansa “ningrat” dari kaum
borjuis Perancis, dan seniman yang tampil adalah para seniman dengan penggayaan
naturalisme, klasik, realisme, baroque, romantisme, piktorialisme, dsb.
Kegiatan tersebut bertahan hingga 200 tahun lebih, sampai ke
titik dimana bermunculannya para seniman baru di era impresionisme,
ekspresionisme, abstrak, surrealisme, dsb. Sistem medali bagi para partisipan
akhirnya diperkenalkan sekitar tahun 1860 untuk menambah daya tarik para
seniman untuk mengikuti salon.
Perkembangan Salonfoto
Di akhir abad ke-19 fotografi barulah lahir dan berkembang
dengan pesat dalam melahirkan karya-karya bersejarah, walaupun demikian masih
banyak seniman yang menganggap fotografi itu bukanlah seni, ekstremnya dalam
beberapa literatur sejarah seni menyebutkan bahwa fotografi itu betul-betul
terlepas dari yang namanya seni. Terlebih ketika istilah SALON dipinjam oleh
kalangan fotografer.
Serupa dengan salon dikalangan seniman, salon dalam fotografi
pun ditujukan sebagai ajang berpameran kepada publik setelah diawali dengan
proses kurasi dari sebuah perkumpulan/klub di kota atau negara tertentu.
Umumnya foto-foto yang dipamerkan pada awal Salonfoto di belahan benua Eropa
dan Amerika circa tahun 1910 adalah pictorial, portraiture, manusia,
pemandangan alam, still life, nude, dsb. Seiring dengan berkembangnya birokrasi
dalam klub-klub fotografi amatir yang tersebar di seluruh dunia serta pesatnya
kemajuan teknologi fotografi, salon-Salonfoto di belahan dunia manapun semakin
berjamur. Sebagai contoh, di tahun 2012 saja terdapat lebih dari 150 Salonfoto
bertaraf internasional yang tersebar dari Indonesia hingga Eropa Timur, dari
Amerika Latin sampai Asia.
Sejatinya, Salonfoto bukanlah sebuah ajang kompetisi foto,
melainkan ajang apresiasi foto melalui pameran karya foto setelah melewati
proses kurasi terlebih dahulu. Maka dari itu jarang sekali terdapat hadiah
berupa uang, walaupun tidak dipungkiri untuk menarik minat para calon peserta
acapkali Salonfoto diming-imingi dengan hadiah berupa uang.
Salonfoto Indonesia
Salah satu misi Federasi Perkumpulan Senifoto Indonesia
(FPSI) adalah memajukan seni fotografi di Indonesia antara lain dengan
menyelenggarakan Salonfoto Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun oleh
FPSI dan dilaksanakan secara bergiliran oleh perkumpulan senifoto anggota FPSI.
Sejak pertama kalinya diselenggarakannya Salonfoto Indonesia (SFI) pada tahun
1973 , pada tahun 2013 ini gelaran SFI telah menginjak usia 34 tahun, dengan
catatan sebanyak tujuh kali mengalami absen.
Untuk lebih detil berikut dibawah ini adalah ringkasan
maksud serta tujuan penyelenggaraan Salonfoto Indonesia oleh Federasi
Perkumpulan Senifoto Indonesia:
Untuk memajukan dan mengembangkan mutu seni fotografi dalam
arti seluas-luasnya di Indonesia dan di dunia internasional;
Untuk lebih menggairahkan dan meningkatkan kehidupan seni
fotografi di Indonesia;
Untuk lebih meningkatkan apresiasi dan partisipasi
masyarakat maupun industri fotografi dalam pengembangan seni budaya nasional
melalui media fotografi.
Dengan kata lain Salonfoto Indonesia merupakan salah satu
dari banyak kegiatan dari Perkumpulan Senifoto Indonesia (FPSI), tentu saja
kegiatan ini bersifat “massive” dengan melibatkan hampir seluruh insan
fotografi di Indonesia dalam tatanan klub foto amatir dan khalayak ramai.
Salonfoto Indonesia dapat pula dianggap sebagai bentuk konkret dedikasi FPSI
untuk menggairahkan serta meningkatkan kehidupan seni fotografi di Indonesia
baik itu insan fotografi dan masyrakat secara umum
Pada Tahun 2013 ini Kota Bandung dengan Perhimpunan Amatir
Foto (PAF) mendapat kesempatan menjadi klub foto pelaksana Salonfoto Indonesia
untuk ketujuh kalinya. Telah tercatat sebanyak sembilan kali PAF Bandung telah
turut menyelenggarakan kegiatan sekaliber Salonfoto baik itu pada skala
nasional dan internasional, yaitu pada tahun 1937 & 1938 (Salonfoto
Nederland-Indie I & II), tahun 1956 (1st International Photosalon of
Indonesia versi GAPERFI) serta tahun 1974, 1977, 1981, 1992, dan 2000 (SFI dibawah
naungan FPSI). Pada tahun 2004 untuk pertama kali di Indonesia, PAF
menyelenggarakan acara Bandung International Salon of Photography (BISP),
Salonfoto berskala internasional yang berhasil mendapatkan pengakuan
(patronage) internasional dari induk federasi fotografi dunia, FIAP (Federation
Internationale de I’Art Photographique).
Detail Jadwal Acara Salonfoto
Dibawah ini kami uraikan secara detail jadwal acara
Salonfoto Indonesia ke 35 yang berlangsung selama 5 hari, 2 hari untuk acara
penjurian dan rapat, 3 hari untuk hunting di Danau Toba bersama juri dan mereka
yang mendaftarkan diri untuk paket hunting tesebut kepada panitia.
Hari 1, 12 Jam
Acara pembukaan penjurian Salonfoto
Penjurian Salonfoto Cetak Warna dan Cetak Monochrome
Hari 2, 12 Jam
Penjurian Salonfoto Soft-Copy Photo Travel dan Soft-Copy
Creative
Rapat Kerja FPSI
Hari 3-5, 12 Jam
Hunting Exotic Danau Toba
Dewan Juri Salonfoto Indonesia ke 35
Ada 4 kategori pada acara Salonfoto Indonesia Ke 35, yaitu
Cetak Warna, Cetak Monochrom, Soft Copy Photo Travel dan Soft Copy Creative.
Panitia telah mempersiapkan para juri yang berpengalaman dalam dunia Fotografi,
susunan dewan juri tersebut adalah sebagai berikut ini:
LOKASI:
24 - 26 OKTOBER 2014
GRAND ASTON CITY HALL, MEDAN - SUMATERA UTARA
SourceSilakan Copy-paste postingan ini dengan menyertakan link http://hallomahasiswa.blogspot.com |
Follow kami di @hallomahasiswa